Thursday, November 30, 2017

Analisis SWOT (Strengths Weakness Opportunities Threats)

Analisis SWOT dalam Manajemen
Analisis SWOT merupakan metode dalam perencanaan strategik yang dipakai untuk mengidentifikasi 4 faktor utama yang memperngaruhi kegiatan organisasi sepanjang masa (Salusu, 2015: 175). SWOT merupakan akronim dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Elemen-elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain yang menghasilkan suatu titik temu yang nantinya menjadi dasar untuk menentukan keputusan strategik yang harus diambil.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Akdon (2007: 106) menyatakan bahwa organisasi hidup dalam suatu system yang saling berhubungan dan mempengaruhi, sehingga untuk mempertahankan eksistensinya, organisasi perlu mengenali dan menguasai berbagai informasi lingkungan strategiknya. Untuk mendapatkan strategi yang tepat dan valid, perlu dilakukan suatu analisis lingkungan strategis.

Yang dimaksudkan di sini meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa dan pengaruh-pengaruh di dalam dan di sekeliling organisasi yang berdampak pada kehidupan organisasi berupa kekuatan internal, kelemahan internal, peluang eksternal dan tantangan eksternal. Salusu (2015: 176) mendeskripsikan 4 faktor dalam lingkungan eksternal dan internal sebagai berikut.

Lingkungan Internal, meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi memnuhi keuntungan strategik dalam mencapai visi dan misi. Kekuatan sering juga disebut sebagai competitive asset. Berbeda dengan kekuatan, kelemahan merupakan situasi dan faktor-faktor dalam organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi. Bila kelemahan sangat dominan maka dapat mengubah kekuatan menjadi kelemahan.

Lingkungan Eksternal meliputi peluang (opportunity) dan tantangan/ancaman (threat). Peluang adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi. Tantangan/ancaman (threat) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negaif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi.

Setelah dilakukan analisis SWOT tersebut, hasil analisis kemudian digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan dan memanfaatkan kekuatan, serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman. Analisis SWOT dapat menghasilkan matriks yang merupakan matching tool penting untuk membantu leader lembaga dalam mengembangkan strategi pendidikannya. Strategi dihasilkan dari matriks ini sebagai berikut.

Dari tabel analisis SWOT tersebut, dapat diperoleh suatu deskripsi tiap titik temu dari empat faktor, yaitu

Strategi Strength-Opportunity (SO) merupakan strategi yang menggunakan kekuatan lembaga untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar lembaga. Ketiga strategi yang lain dapat dilaksanakan untuk menerapkan strategi SO ini. Sehingga jika pada hasil analisis ternyata diketahui bahwa lembaga memiliki banyak kelemahan, mau tidak mau lembaga harus mengatasi kelemahan tersebut agar menjadi kuat. Sedangkan jika lembaga menghadapi banyak ancaman, maka ia harus berusaha menghindarinya dan berusaha konsentrasi pada berbagai peluang yang ada.

Strategi Weakness-Opportunity (WO) merupakan strategi yang bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan lembaga dengan memanfaatkan peluang-peluang. Bisa terjadi lembaga kesulitan memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena banyaknya kelemahan internal pada lembaga tersebut. Biasanya strategi ini diambil ketika suatu organsiais berada pada posisi divestmen or invenstment, membiarkan peluang itu pergi begitu saja atau memaksimalkan kekuatan yang ada.

Strategi Strength-Threat (ST) merupakan strategi di lembaga untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. Strategi ni diambil ketika ada ancaman yang timbul sementara organisasi memiliki kekuatan sehingga organisasi perlu melakukan mobilisasi sumber daya untuk dapat melunakkan ancaman tersebut.

Strategi Weakness-Threat (WT) merupakan strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman. Strategi ini diambil ketika ada ancaman sementara  organisasi memiliki kelemahan sehingga organisasi berada pada posisi startegik damage control.

Analisis SWOT merupakan alat untuk menetapkan strategi yang didasarkan pada strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), threats (tantangan) yang akan dikembangkan menjadi program jangka panjang dan menengah pada lembaga pendidikan. Analisis ini pada akhirnya berfungsi untuk mengarahkan sekolah untuk menentukan strategi yang akan dilaksanakan.

Proses Manajemen Strategi Menurut Para Ahli

Manajemen strategi merupakan sebuah rencana tindakan yang bersifat umum berjangka panjang berorientasi pada masa depan. Oleh karena itu, strategi dirumuskan dalam kalimat yang kandungan maknanya sangat umum dan tidak merujuk pada tindakan dan program kerja yang spesifik. Program-program tersebut harus dirumuskan dan direncanakan dalam manajemen strategi termasuk ukuran kinerjanya. Kegagalan dalam merumuskan ukuran kinerja yang sesuai seringkali menjadi penyebab kegagalan organisasi dalam mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan.

Pengambilan keputusan strategis dilakukan melalui suatu proses. Suatu keputusan strategis yang dibuat melalui suatu proses yang rumit dan melibatkan berbagai pihak terkait akan menghasilkan suatu strategi yang  menguntungkan. Langkah-langkah untuk menyusun menurut Kotler dan Amstrong (2001; 53) yaitu  (1) penentuan misi dan tujuan, (2) pengembangan profil, (3) analisa eksternal dan analisa internal, (4) identifikasi kesempatan dan ancaman, (5) pembuatan keputusan strategis, (6) pengembangan strategi, (7) implementasi strategi dan (8) peninjauan kembali dan evaluasi.

Sedangkan menurut Sagala (2007: 177) lebih memandang perencanaan strategis sebagai formulasi strategi. Secara ringkas, ia berpendapat bahwa terdapat lima langkah formulasi strategi yang bisa digunakan untuk merencanakan strategi, yaitu: (1) perumusan misi (mission determination), yaitu pencitraan bagaimana seharusnya sekolah bereksistensi; (2) asesmen lingkungan eksternal (environmental external assessment), yaitu mengakomodasi kebutuhan lingkungan akan mutu pendidikan yang dapat disediakan oleh sekolah; (3) asesmen organisasi (organization assessment), yaitu merumuskan dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal; (4) perumusan tujuan khusus (objective setting), yaitu penjabaran dari pencapaian misi sekolah yang ditampakkan dalam tujuan sekolah dan tujuan tiap-tiap mata pelajaran; dan (5) penentuan strategi (strategy setting), yaitu memilih strategi yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan menyediakan anggaran, sarana dan prasarana, maupun fasilitas yang dibutuhkan untuk itu.

Jauch dan Glueck (dalam Mulyadi, 2001: 34) berpendapat bahwa proses manajemen strategi adalah cara atau jalan di mana para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan. Beberapa tahapan atau proses yang ia tawarkan meliputi (1) menerapkan misi dan tujuan, (2) meneliti ancaman dan peluang, (3) meneliti kekuatan dan kelemahan, (4) mempertimbangkan alternatif strategi, (5) memilih strategi, (6) implementasi strategi, dan (7) evaluasi strategi.

Hunger  dan Whellen (2003: 11) menyatakan bahwa proses manajemen strategi terdiri dari beberapa elemen dasar yaitu, (1) pengamatan lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan pengendalian. 

Wednesday, November 15, 2017

Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik (MSDM)

Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik
Perkembangan dinamis manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a business” (Oxford, 2005).

Selanjutnya definisi manajemen berkembang lebih detail yang dikemukakan oleh banyak ahli. Antara lain, manajemen didefinisikan sebagai usaha mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain (O’Donnel, 1986).

Sedangkan Stooner (1986) mendefiniskan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para nggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 

G.R. Terry (1986) sebagaimana dikutip Hasibuan (1996) memandang manajemen sebagai suatu proses, sebagai berikut:
Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources. 
Sementara, Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah manajemen didefinisikan sebagai suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.

Sedangkan manajemen strategi dapat diartikan sebagai suatu proses yang berkenaan dengan penentuan arah dan masa depan suatu organisasi dan pelaksanaan keputusan dalam rangka mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang organisai (Parashakti, 2005).

Sumber daya manusia dalam konteks manajemen adalah "people who are ready, willing, and able to contribute to organizational goals" (Wherther and Davis, 1996). Oleh karena itu Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kinerja mereka agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan. Meningkatnya kinerja Sumber Daya Manusia akan berdampak pada semakin baiknya kinerja organisasi dalam menjalankan perannya di masyarakat.

Suharsaputra (2008) berpendapat bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat menentukan dalam suatu organisasi, dan perlu terus dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi pengembangan dirinya.

Simamora (2006) menyatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Manajemen Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu. Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu karyawan (Mangkunegara, 2002)

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia bila dikaitkan dalam bidang pendidikan adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pamanfataan sumber daya manusia dalam institusi pendidikan seperti kepala sekolah, guru dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan pendidikan secara optimal.

Dengan manajemen SDM di bidang pendidikan, pencapaian tujuan pendidikan khususnya di sekolah akan terwujud. Dengan manajemen SDM di bidang pendidikan akan dihasilkan output pendidikan yang memiliki life skill yang tinggi serta memiliki kompetensi di bidang akademik maupun non-akademik.

Tuesday, November 14, 2017

Fungsi Controlling (Pengendalian) dalam Manajemen

Fungsi Controlling dalam Manajemen
Pengertian Controlling atau pengendalian adalah penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasn sering juga dimaknai dengan pengendalian, yaitu proses penentuan apa yang ingin dicapai, apa yang sedang dilakukan, menilai pelaksanaan dna bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yang selaras dengan standar.

Hasbullah (2005: 3) menyatakan bahwa pengawasan merupakan fungsi yang harus dilakukan manajer untuk memastikan bahwa anggota melakukan aktivitas yang akan membawa organisasi ke arah tujuan yang ditetapkan. Pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana.

Sementara itu, Soegito (2013: 34) menjelaskan bahwa fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi dan mengukur pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.

Sementara itu Wukir (2013: 34) berpendapat bahwa isilah controlling seringkali diartikan sebagai pengawasan atau pengendalian. Penggunaan istilah pengendalian dan pengawasan seringkali tumpang tindih. Perbedaan pengendalian dan pengawasan terletak pada wewenangnya, pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki pengawas. Pengawas hanya sebatas memberikan saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali. Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengendalian.

Purwanto (2006: 73) menyatakan bahwa pengendalian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut.

  1. Menentukan standar-standar atau dasar untuk kontrol.
  2. Mengukur pelaksanaan
  3. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan menentukan deviasi-deviasi bila ada.
  4. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

Wukir (2013: 35) berpendapat bahwa pada dasarnya pengendalian dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas dan ketebukaan. Pengendalian dilakukan untuk memperbarui rencana, untuk melindungi aset organisasi dari inefisiensi dan pemborosan serta untuk menghargai kinerja karyawan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pengendalian yaitu menetapkan standar kinerja dengan jelas dalam bentuk bilagan atau jumlah, mengukur kinerja dengan memperhatikan faktor kecukupan dan ketepatan waktu informasi, membandingkan hasil aktual dengan standar yang telah ditetapkan untuk kinerja tersebut dan melakukan aksi korektif ketika dibutuhkan.

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dalam fungsi controlling antara laian :

  1. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
  2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang munkin ditemukan
  3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

Fungsi Actuating (Pelaksanaan) dalam Manajemen

Fungsi Actuating dalam Manajemen
Pelaksanaan (actuating) merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (2010:62). Actuating juga dimaknai sebagai upaya untuk membuat semua anggota organisasi agar mau beekrja sama untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Soegito (2013: 33) berpendapat bahwa fungsi actuating identik dengan fungsi menggerakkan yaitu menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerjasama.

Senada dengan pendapat di atas, Purwanto (2006: 62) menyatakan bahwa penggerakan merupakan upaya untuk membuat semua anggota organisasi agar mau bekerja sama dan beekrja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan  sesuai dengan perencanaan  dan usaha-usaha pengorganisasian. Pokok-pokok permasalahan dalam fungsi penggerakan meliputi perilaku manusia, motivasi, kepemimpinan dan komunikasi.

Sedangkan Wukir (2013: 33) lebih memilih istilah pengarahan yaitu penyatuan orang-orang dengan organisasi untuk memperoleh kerja sama mereka dalam mencapai tujuan. Hal ini juga berarti memberikan instruksi, membimbing, dan menginspirasi orang-orang dalam organisasi untuk mencapai tujuannya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dalam fungsi actuating antara lain :

  1. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
  2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan yang menjadi bagiannya
  3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

Wednesday, November 8, 2017

Fungsi Organizing (Pengorganisasian) dalam Manajemen

Organizing (Perencanaan)
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82). Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil

Wukir (2013: 30) mengemukakan bahwa pengorganisasian secara sederhana merupakan suatu tindakan pengaturan elemen-elemen menurut satu atau lebih aturan. Dari konsep ini dapat dipahami bahwa semua hal yang dapat dikatakan terorganisir adalah ketika semua elemennya memiliki aturan atau tempat yang tepat. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan apa target yang akan dicapai.

Robbins dalam Wukir (2013: 30) memandang pengorganisasian sebagai suatu fungsi untuk mengumpulkan sumber daya , menetapkan urutan penggunaan sumber daya dan membuat struktur  tugas-tugas untuk memenuhi tujuan organisasi. Dalam hal ini pengorganisasian berkaitan dengan penentuan tugas-tugas apa yang harus diselesaikan, bagaimana pengelompokan tugas-tugas, siapa yang bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut dan siapa yang akan membuat keputusan mengenai tugas-tugas tersebut.

Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi (Fatah, 2008: 71).

Sementara itu, Soegito (2013: 33) menyatakan bahwa fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horisontal dan vertikal. Semua itu untuk memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tetap untuk mengimplementasikan rencana.

Wukir (2013: 32) menyatakan bahwa terdapat lima langkah yang dapat dilakukan dalam proses pengorganisasian, yaitu

  1. Melakukan tinjauan ulang terhadap tujuan dan sasaran. Hal ini akan menentukan jenis kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. 
  2. Penentuan kegiatan yang meilbatkan persiapan dan analisa kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Kegiatan ini misalnya rekrutmen, pelatihan, pengajaran dan pencatatan untuk sekolah.
  3. Membuat klasisikasi dan pengelompokan kegiatan menjadi unit kerja yang lebih kecil. Hal ini akan membantu pelaksanaan organisasi dan pengawasan.
  4. Penugasan kerja dan penempatan sumber daya yang meibatkan penugasan personil yang tepat untuk jenis pekerjaan yang tepat.
  5. Evaluasi hasil berupa umpan balik dari hasil yang dicapai sehingga dapat membantu menentukan apakah strategi suatu organisasi dapat terlaksana dengan baik dan kemudia dapat membantu menentukan apakah diperlukan suatu perubahan.

Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh suatu lembaga dalam fungsi organizing yaitu

  1. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
  2. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung Jawab
  3. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.

Fungsi Planning (Perencanaan) dalam Manajemen

Planning (Perencanaan)
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. Perencanaan juga mencakup fungsi manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, program-program dan alternatif yang ada.

Wukir (2013: 24) menambahkan bahwa perencanaan merupakan alat pertama dalam proses manajemen. Secara sederhana, perencanaan merupakan cara rasional dan sistematik dalam meramalkan masa depan sebuah organisasi atau merupakan sebuah proses dalam persiapan menghadapi perubahan dengan merumuskan tindakan di masa depan.

Sementara itu, Purwanto (2006: 48) menyatakan bahwa perencanaan merupakan pekerjaan mental untuk memilih sasaran, kebijakan, prosedur, program, yang diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan datang.

Dari berbagai pendapat tersebut jelas bahwa perencanaan merupakan pemikiran logis dalam membuat tujuan dan membuat keputusan-keputusan mengenai apa-apa yang perlu dipenuhi guna mencapai tujuan organisasi. Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Melalui perencanaan, dapat dipelajari apa yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi dan kemudian dapat membuat keputusan untuk menjamin kebijakan internal, peraturan dan kinerja, struktur, produk  dan pengeluaran yang bisa sejalan dengan hasil yang ingin dicapai. Usman (2009: 47-48) mengemukakan beberapa tujuan dari perencanaan sebagai berikut
  1. Standar pengawasan untuk mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya.
  2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
  3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasi maupun kuntitasnya.
  4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
  5. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan. 
  6. Mendeteksi hambatan kesulitan yang akan ditemui.
  7. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Desler dalam Wukir (2013: 26) mengemukakan bahwa agar perencanaan menghasilkan rencana yang baik, konsisten dan realistis maka kegiatan perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
  1. Buat tujuan sejelas mungkin. Tujuan dan sasaran harus dapat dicapai, masuk akal, padat dan jelas.
  2. Buat perkiraan yang akurat. Data dan kegiatan yang akurat merupakan hal krusial bagi setiap proses perencanaan.
  3. Melibatkan subordinat dalam perencanaan untuk membantu dalam menjamin kepemilikan dan penerimaan rencana oleh pelaksana.
  4. Rencana yang efektif harus berdasarkan informasi yang benar dan asumsi yang pantas.
  5. Buat rencana yang fleksibel dimana kemajuan suatu rencana harus berada dalam review yang kontinu sehingga dapat diperbaiki jika dibutuhkan perubahan.
Perencanaan yang baik dan efektif haruslah memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :
  1. Logis dan Rasional. Artinya, apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa dijalankan.
  2. Komprehensif. Perencanaan yang baik juga harus memenuhi syarat komprehensif. Artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung terhadap perusahaan. Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan bagian yang harus kita jalankan, tetai juga dengan mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di perusahaan.
  3. Fleksibel. Artinya, perencanaan yang baik diharapkan dapat beradaptasi dengan perubahan dimasa yang akan datang, tapi bukan berarti perencanaan itu dapat diubah seenaknya.
  4. Komitmen. Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika seluruh anggota di perusahaan beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
  5. Realistis, perencanaan yang baik perlu memenuhi persyaratan realistis. Artinya, apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu
  1. Menetapkan tujuan dan target bisnis
  2. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
  3. Menentukan sumber daya yang diperlukan
  4. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan target bisnis